TV Korut Sensor Aksi Pemain Korsel di Piala Dunia Antarklub 2025

Propaganda Lebih Penting daripada Prestasi?

pttogel Piala Dunia Antarklub 2025 menjadi ajang bergengsi yang mempertemukan klub-klub terbaik dari berbagai benua. Salah satu momen menarik datang dari laga antara Paris Saint-Germain (PSG) melawan Atletico Madrid, di mana pemain asal Korea Selatan, Lee Kang-in, mencetak gol penutup untuk kemenangan timnya. Namun, alih-alih menjadi sorotan positif, momen bersejarah ini justru menjadi sasaran sensor total oleh televisi pemerintah Korea Utara.

Kebijakan sensor ekstrem yang dilakukan oleh TV pemerintah Korea Utara (KCTV) terhadap aksi Lee Kang-in kembali mengungkap betapa tertutupnya rezim terhadap segala bentuk representasi Korea Selatan di media nasional. Bahkan ketika yang ditampilkan adalah prestasi di panggung internasional, kebijakan ideologis tetap lebih diutamakan dibanding semangat sportivitas.


Laga PSG vs Atletico Madrid: Siaran Ditunda, Identitas Disembunyikan

Pertandingan yang berlangsung di Rose Bowl Stadium, Pasadena, pada pertengahan Juni 2025 itu disiarkan secara tunda di Korea Utara sekitar lima hari kemudian. Namun, yang menarik perhatian dunia bukan hanya soal keterlambatan tayangan, tetapi bagaimana sosok Lee Kang-in sama sekali tidak tampak dalam versi siaran KCTV.

Dalam tayangan tersebut, ketika Lee mengambil penalti dan mencetak gol, kamera berpindah sudut secara cepat, tidak memperlihatkan ekspresinya, selebrasinya, bahkan tidak menyebutkan namanya. Nomor punggungnya di jersey juga diburamkan, dan skor hanya disebut secara umum sebagai kemenangan PSG 4-0 tanpa rincian pencetak gol.

Tindakan ini mengulang pola yang telah lama dilakukan Korea Utara dalam menyunting siaran olahraga internasional demi menyesuaikan dengan kebijakan dalam negerinya. Atlet dari Korea Selatan hampir selalu dihapus dari siaran. Bahkan dalam beberapa pertandingan, gol-gol yang melibatkan pemain Korea Selatan dipotong sepenuhnya dari tayangan ulang.

baca juga: profil-veda-ega-pratama-pebalap-gunungkidul-yang-menaklukkan-sirkuit-mugello


Alasan Ideologis di Balik Sensor Ketat

Bagi sebagian orang di luar Korea Utara, tindakan ini mungkin terdengar ekstrem atau bahkan tidak masuk akal. Namun, bagi pemerintahan Pyongyang, segala bentuk pengaruh eksternal—terutama dari Korea Selatan—dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas ideologi negara.

Korea Selatan secara resmi masih dianggap sebagai “negara musuh” oleh Korea Utara. Oleh karena itu, segala bentuk prestasi atau pencapaian individu dari Korea Selatan, meskipun dalam konteks olahraga yang bersifat netral secara politik, tetap dianggap tidak layak ditampilkan kepada publik. Hal ini dilakukan untuk menjaga narasi bahwa Korea Utara adalah negara yang unggul dan mandiri, tanpa perlu bergantung atau mengakui kehebatan negara tetangganya.


Bukan Kasus Pertama: Pola Sensor Terus Berulang

Sensor terhadap atlet Korea Selatan bukan pertama kali terjadi. Pada berbagai ajang olahraga internasional sebelumnya, Korea Utara telah menunjukkan pola yang sama:

  • Son Heung-min, kapten timnas Korea Selatan yang bermain untuk Tottenham Hotspur, kerap dihapus dari tayangan Liga Inggris.

  • Di Piala Dunia 2022, siaran pertandingan Korea Selatan tidak ditampilkan secara utuh, dan highlight pertandingan mereka diedit dengan teliti.

  • Dalam turnamen sepak bola wanita atau kategori junior, nama dan bendera Korea Selatan seringkali tidak ditampilkan, bahkan diganti dengan istilah seperti “tim dari selatan” atau “tim boneka”.


Dampak Bagi Rakyat Korea Utara

Bagi masyarakat Korea Utara, tindakan sensor ini menciptakan persepsi yang tidak utuh terhadap dunia luar. Mereka tidak mendapatkan informasi yang objektif tentang prestasi bangsa lain, terutama dari Korea Selatan. Hal ini tentu berdampak besar terhadap kesadaran masyarakat tentang posisi negaranya di kancah dunia.

Lebih jauh, ini juga menciptakan jurang informasi yang dalam, di mana keberhasilan individu seperti Lee Kang-in dalam mengharumkan Asia di panggung dunia tidak diketahui oleh jutaan orang yang sebenarnya memiliki ikatan budaya dan sejarah yang sama dengannya.


Prestasi Lee Kang-in: Momen Sejarah yang Disangkal

Lee Kang-in menjadi pemain Korea Selatan pertama yang mencetak gol di babak semifinal Piala Dunia Antarklub. Gol tersebut menegaskan perannya sebagai salah satu gelandang muda terbaik Asia, yang kini memperkuat salah satu klub elite Eropa, PSG. Sayangnya, momen ini tidak hanya tidak dirayakan oleh seluruh warga Korea, tapi juga dihapus secara sistematis dari catatan sejarah versi Pyongyang.


Penutup: Olahraga yang Tersandera Ideologi

Apa yang terjadi dalam kasus Lee Kang-in dan siaran KCTV merupakan pengingat bahwa bahkan olahraga—yang idealnya menjadi ruang netral untuk persatuan dan prestasi—masih bisa tersandera oleh kepentingan ideologi politik. Di saat dunia merayakan keindahan permainan, kerja keras atlet, dan nilai-nilai sportivitas, masih ada bagian dari dunia yang memilih untuk menutup mata karena takut pada pengaruh realitas.

Sensor terhadap aksi pemain Korsel di Piala Dunia Antarklub 2025 bukan hanya soal tayangan televisi—itu adalah simbol dari betapa informasi masih bisa dikontrol, bahkan dalam hal yang seharusnya menyatukan manusia di seluruh dunia: sepak bola.

sumber artikel: www.xinglinyiyuan.com