pttogel Jakarta kembali diterjang musibah. Sebuah tembok penahan air di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, jebol dan memicu banjir hebat yang menghantui ratusan warga. Kejadian yang berlangsung pada malam hari itu tidak hanya menimbulkan kepanikan, tetapi juga memunculkan kekhawatiran besar terhadap ketahanan infrastruktur di wilayah padat penduduk tersebut.
Tembok yang jebol itu diketahui merupakan bagian dari struktur penahan aliran air di kawasan bantaran sungai kecil yang kerap meluap saat curah hujan tinggi. Peristiwa ini kembali membuka luka lama Jakarta akan ancaman banjir musiman yang seakan tidak pernah benar-benar terselesaikan, sekaligus mempertanyakan efektivitas sistem drainase dan infrastruktur perkotaan di ibukota negara.
baca juga: manchester-united-menuju-final-liga-europa-2025-peluang-emas-untuk-menorehkan-rekor-baru
Kronologi Kejadian
Insiden tembok jebol terjadi pada malam hari saat hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah Jakarta. Menurut kesaksian warga sekitar, suara gemuruh terdengar di tengah derasnya hujan, diikuti oleh arus air yang tiba-tiba meluap deras ke permukiman warga.
“Awalnya kami kira cuma genangan biasa, tapi air datang seperti ombak. Ternyata tembok di dekat kali itu jebol, air langsung masuk ke rumah-rumah,” ujar Rahmat, salah satu warga yang tinggal di RT 08 RW 03 Kalibata.
Banjir dengan ketinggian bervariasi antara 50 cm hingga 1,5 meter merendam puluhan rumah dalam hitungan menit. Banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga, dan sebagian harus dievakuasi menggunakan perahu karet oleh petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah).
Dugaan Penyebab Jebolnya Tembok
Pihak berwenang menduga bahwa jebolnya tembok disebabkan oleh kombinasi antara tekanan air yang meningkat drastis akibat curah hujan tinggi serta kondisi struktur yang sudah mengalami keretakan sejak lama.
Beberapa warga mengaku sudah melaporkan tanda-tanda kerusakan pada tembok tersebut sejak tahun lalu. Namun, perbaikan belum kunjung dilakukan secara menyeluruh.
“Sudah lama tembok itu retak, bahkan ada bagian yang mulai miring. Tapi cuma ditambal sedikit-sedikit, tidak diperkuat,” ungkap seorang tokoh masyarakat setempat.
Ahli tata kota menyoroti lemahnya pemeliharaan infrastruktur sebagai salah satu penyebab utama kerusakan ini. Dalam kota seperti Jakarta yang sangat padat dan berisiko banjir, sistem drainase dan penahan air semestinya diprioritaskan dalam perencanaan dan pengawasan berkala.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Banjir akibat tembok jebol ini memberikan dampak yang signifikan, baik secara sosial maupun ekonomi. Puluhan keluarga harus mengungsi ke lokasi aman, termasuk ke masjid dan balai warga. Beberapa rumah rusak parah, peralatan elektronik hancur, dan kendaraan pribadi terendam.
Anak-anak tidak bisa sekolah karena seragam dan buku-buku mereka basah. Usaha mikro seperti warung kelontong dan toko kelontong ikut terdampak, kehilangan stok barang dalam semalam.
Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah, dan hal ini menambah beban hidup warga yang sebelumnya sudah terpukul akibat inflasi dan tekanan ekonomi pasca-pandemi.
Tanggapan Pemerintah dan Upaya Penanggulangan
Pemerintah Kota Jakarta Selatan melalui camat Pancoran segera turun ke lapangan dan menginstruksikan penanganan darurat. Tim gabungan dari Dinas Sumber Daya Air, Satpol PP, BPBD, dan PMI diterjunkan untuk membantu evakuasi dan pembersihan wilayah terdampak.
“Kami telah menurunkan tim teknis untuk menilai kerusakan dan segera memperbaiki tembok yang jebol. Bantuan logistik juga telah dikirimkan ke warga terdampak,” ujar salah satu perwakilan Pemkot.
Meski demikian, warga berharap lebih dari sekadar tindakan darurat. Mereka menuntut solusi jangka panjang agar insiden seperti ini tidak berulang lagi.
Ancaman Banjir yang Terus Menghantui
Kawasan Kalibata bukan satu-satunya wilayah yang rawan banjir di Jakarta. Setiap musim hujan, ratusan titik rawan tergenang akibat kombinasi buruknya sistem drainase, sedimentasi sungai, dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Peristiwa di Kalibata ini hanyalah satu dari banyak potret krisis perkotaan yang perlu ditangani secara serius.
Para pengamat kebijakan menyebutkan bahwa banjir Jakarta tidak hanya soal teknis, tapi juga persoalan tata kelola pemerintahan, keterlibatan masyarakat, dan keberlanjutan program pengendalian banjir.
Penutup: Perlu Aksi Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Jebolnya tembok di Kalibata dan banjir yang mengikutinya menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan pusat. Ini bukan hanya persoalan infrastruktur rusak, melainkan refleksi dari sistem perencanaan kota yang belum siap menghadapi perubahan iklim dan tekanan urbanisasi yang terus meningkat.
Jika tindakan konkret tidak segera diambil — dari perbaikan sistem drainase, pemetaan wilayah rawan, hingga edukasi dan pelibatan warga dalam mitigasi — maka “banjir tahunan” akan tetap menjadi mimpi buruk kolektif warga Jakarta.
Banjir bukan lagi bencana alam semata, tapi sudah menjadi bencana buatan manusia. Sudah waktunya semua pihak sadar: air tidak bisa dicegah turun dari langit, tapi dampaknya bisa diminimalisir dengan kesiapan dan kepedulian.
sumber artikel: www.xinglinyiyuan.com